Tinjau Armina, Menag Soroti Listrik, Air, dan Toilet

By Admin

nusakini.com-- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin melakukan peninjauan kesiapan Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Sejumlah hal disorot Menag, terutama terkait pasokan listrik, ketersediaan air minum, dan toilet wanita. 

Waktu menunjukan pukul 16.00 waktu Arab Saudi (WAS), saat Menag bersama rombongan bergerak dari Wisma Daker Makkah menuju Arafah. Ikut mendampingi Menag, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Abdul Djamil, Irjen Kemenag M Jasin, anggota Amirrul Haj, serta jajaran pimpinan PPIH Arab Saudi. 

Tiba di Arafah, Menag disambut Ketua Muassasah Asia Tenggara Muhammad Amin Indragiri. Jemaah haji Indonesia akan menempati 52 maktab saat di Arafah dan Mina. Dalam kesematan ini, Menag dan rombongan meninjau dua maktab, yaitu maktab 31 lalu maktab 8. 

"Di Arafah kita sudah melihat tenda terpasang dengan baik, karpetnya relatif baru dan juga setiap maktab dilengkapi dengan dapur yang tentu nanti menyediakan makan bagi jemaah kita, termasuk air minum dalam kemasan botol, air panas dan air dingin," terang Menag usai melakukan peninjauan Arafah dan Muzdalifa, Selasa (6/9). 

Tahun ini, tenda jemaah haji Indonesia akan dilengkapi dengan water fan untuk menyejukan suasana tenda karena cuaca Saudi yang sangat panas. Kepada Muassasah, Menag meminta agar dapat menyediakan pasokan listrik dengan baik. Menag berharap tidak terjadi pemadaman listrik seperti tahun lalu sehingga semua alat yang membutuhkan energi listrik, utamanya alat kesehatan, berfungsi optimal. 

"Termasuk juga penting adalah bagaimana setiap jemaah bisa mencharge handphone masing-masing karena di Arafah diperlukan juga listrik untuk menambah energy handphone mereka," kata Menag. 

Meski demikian, Menag meminta jemaah haji Indonesia untuk tidak seenaknya membuat sambungan listrik yang bisa mengganggu instalasi. "Kalau ingin menambah sambungan, sebaiknya atas izin pengurus maktab," ujarnya. 

Sehubungan dengan musim panas di Saudi, Menag meminta Muassasah untuk bisa memasok kebutuhan air minum jemaah dan jangan sampai kekurangan. Hal ini penting untuk memastikan jemaah tidak kekurangan cairan dan terganggu kesehatannya. 

"Sepenuhnya, saya mempercayakan kepada maktab untuk menyediakan air minum yang cukup," tegas Menag. Akan hal ini, Muhammad Amin Indragiri mengatakan bahwa setiap waktu makan di Arafah, jemaah akan mendapatkan 12 botol air dalam kemasan 330 ml. 

Hal lain yang disorot Menag adalah terkait toilet untuk perempuan. Menag meminta agar Muassasash menyediakan lebih banyak toilet untuk kaum hawa. Menurutnya selain jumlahnya banyak (52%), wanita cenderung lebih lama kalau di toilet sehingga jika jumlahnya banyak akan meminimalisir potensi antrian yang panjang. 

"Tidak hanya karena lebih banyak, perempuan itu lebih lama menggunaan toilet sehingga antriannya pasti akan lebih panjang. Untuk itu, maka jumlah toiletnya harus lebih banyak," ujar Menag. 

Pada musim haji tahun lalu, sejumlah tenda di maktab delapan roboh karena angin kencang. Kepada Muassasah, Menag menanyakan langkah antisipasi yang akan dilakukan jika kejadian serupa. Amin Indragiri menjelaskan bahwa di setiap maktab, pihaknya telah menyiapkan sekitar 150 200 pekerja yang setiap saat bisa dikerahkan untuk melakukan perbaikan jika ada tenda roboh. 

"Maktab juga telah menyediakan tenda cadangan. Ada 15 tenda dengan kapasitas sekitar 150 orang yang bisa dipergunakan kapan pun kalau diperlukan secara darurat," terangnya. 

Menag juga sempat meninjau dapur Arafah. Selain peralatan masak dalam ukuran yang sangat besar, tampak juga onggokan kayu yang disiapkan untuk kayu bakar. Pemerintah Saudi melarang penggunaan gas untuk bahan bakar memasak di Arafah. Di dapur, Menag juga memeriksa tempat distribusi makanan dan ketersediaan air panas untuk jemaah yang akan membuat teh atau kopi. 

Dari Arafah, Menag bergeser ke Muzdalifah. Di sana, Menag melihat ribuan gulungan karpet merah yang akan digelar di Muzdalifah untuk lebih memberi kenyamanan kepada jemaah. Untuk memastikan kualitas karpet, Menag bersama Abdul Djamil menggelarnya dan mendudukinya beberapa saat. 

"Kami berterima kasih kepada Muassasah Asia Tenggara yang tahun ini telah menyediakan karpet baru warna merah dan ini untuk yang pertama kalinya. Selama ini jemaah hanya begitu saja berada di Muzdalifah dengan kondisi berpasir dan berbatu kecil. Alhamdulillah dengan adanya karpet baru ini tentu akan sangat membantu jemaah dari sisi kenyamanan," ujar Menag. 

Terakhir, kunjungan dilakukan ke pemondokan jemaah Indonesia di Mina. Secara umum, lokasi tenda di Mina relatif lebih baik karena dibuat permanen. Dapurnya pun sudah tersedia dengan fasilitas gas. 

Secara umum, Menag melihat persiapan yang ada sudah baik. Ada beberapa hal kecil yang perlu diperbaiki dan pihak muassasah berjanji akan menyelesaikannya pada Rabu (7/9) malam. "Insya Allah besok malam, setelah mendapat izin dari Pemerintah, lisrik sudah bisa menyala. Insya Allah besok malam di Arafah selesai 100%," terang Amin Indragiri. 

Jemaah haji Indonesia akan mulai diberangkatkan dari pemondokan di Makkah menuju Arafah pada tanggal 8 Dzulhijjah 1437H atau 10 September 2016M. Jemaah akan berada di Arafah sampai 9 Dzulhijjah sore. Selepas Magrib, jemaah akan diberangkatkan menuju Muzdalifah. Setelah melewati pertengahan malam, jemaah lalu diberangkatkan menuju Mina. 

Untuk jemaah yang mengambil nafar awal, mereka akan berada di Mina sampai dengan 12 Dzulhijjah sebelum terbenamnya matahari. Sedangkan yang mengambil nafar tsani akan berada di Mina sampai tanggal 13 Dzulhijjah 1437H. (p/ab)